Semangkuk Uta Damba dari Dusun Toba
Sejauh mata ini memandang, hanya tampak bukit-bukit nan hijau. Topografi yang cenderung curam dan berbukit, membuat medan jalan seakan berteman akrab dengan jurang dalam disisinya. Tak ada yang menyangka jika dibalik bukit-bukit itu, ada sepetak lembah, tempat berdiamnya sebuah perkampungan kecil, batas akhir sisi selatan Kelimutu. Tempat itu adalah Dusun Toba.
Saya mengunjungi Dusun Toba pada 23 September 2020 silam. Perjalanan dimulai dari kota Ende. Kami beranjak pada pukul 08.00 pagi WITA, mengendarai kendaraan khusus 4WD, menuju ke arah utara lalu berbelok ke arah timur di persimpangan jalan Desa Roa. Jarak Ende ke Dusun Toba kurang lebih 60 km. 30 km melewati jalan beraspal sedangkan sisanya adalah jalan tanah dengan medan yang cukup berat. Itulah sebabnya, bagi siapapun yang akan mengunjungi Toba, sebaiknya menggunakan kendaraan fourwheel drive atau jika menggunakan sepeda motor, sebaiknya yang berjenis trail.
Petualangan kami ini sebenarnya adalah rangkaian dari kegiatan Jelajah Geotrek Kelimutu, yang bertujuan untuk mengungkap dan mempelajari potensi Geologi yang lamatersimpan. Flores khususnya Ende memang tidak akan ada habisnya bila dieksplor. Selepas kota Ende, tidak ada yang istimewa. Bagi saya yang notabene adalah putra daerah,perbukitan hijau menjulang dengan air terjun yang bermunculan dari sela-sela bebatuan merupakan pemandangan biasa. Perkampungan dengan rumah-rumah yang jarang, serta gerombolan ternak yang mengais makanan direrumputan.
Keseruan justru diperoleh tatkala kami memasuki jalan offroad di 30 km terakhir. Menaklukan medan jalan yang buruk di sisi tebing yang terjal, sedikit memacu adrenalin,
melupakan teriknya matahari penghujung kemarau. Sesekali kami berjumpa dengan penduduk lokal yang mengangkut air dari lembah di tepi sungai, melintasi lereng yang menantang teriknya matahari dan debu yang berhamburan dihempas angin selatan.
Pukul 02 siang kami tiba di Dusun Toba. Cuaca lumayan terik, kami meninggalkan mobil di tengah kampung untuk kemudian lanjut dengan berjalan kaki ke pemandian air panas “ae wau”. Pemandian air panas ini terletak di lembah, tersembunyi dibalik sisi bukit. Kami harus turun untuk sampai kesana. Sekelompok anak duduk di bawah pohon kemiri, sedang asyik bermain. Mereka tersenyum ramah menyambut kami,sambil menyapa dalam bahasa Lio. Om Ferdianus Rega, yang memandu kami menjawab salam mereka, lalu kami saling bertukar senyum. Jelas tergambar keramahan tulus penduduk Toba. Saat ini juga tengah dikembangkan jalur trekking dari Dusun Toba menuju ke Danau Kelimutu. Jarak jalurnya memang lebih pendek, waktu yang dibutuhkan pun lebih singkat.
Pemandangan, karakteristik hutan dan cerita yang ada didalamnya sudah pasti berbeda, akan tetapi jalur ini juga tidak kalah menantang dari jalur lainnya.
Setelah pulang dari pemandian air panas, kami sempatkan untuk singgah melihat Rumah Kopi Dusun Toba. Oleh Om Ferdianus Rega kami pun dijelaskan tentang prosespengolahan kopi mulai dari menanam bibit kopi, memelihara, memanen, hingga berakhir dalam sebuah cangkir.
Setelah berbincang dan berkeliling disekitar Rumah Kopi Dusun Toba, kami menikmati santapan tradisional ala suku Lio. Uta Damba, ubi kayu cincang yang direbus dengan kacang merah dan irisan pucuk daun kopi, disajikan dalam mangkuk tempurung kelapa, begitu juga sebuah sendok yang terbuat dari bahan yang sama. Rasanya agak aneh memang, untuk saya yang belum terbiasa, tetapi setelah sendok demi sendok masuk kemulut, saya menjadi ketagihan.
Bukan hanya saya, ternyata kami semua pun merasakan hal yang sama. Pertanyaan- pertanyaan mulai datang, “bagaimana cara masaknya mama?” “pake bumbu apa saja?” dan masih banyak lagi. Ternyata makanan yang disuguhkan kepada kami ini adalah makanan adat yang hanya dibuat untuk upacara adat tertentu, dan untuk tamu yang dirasa istimewa.
Setelah puas mencicipi lezatnya uta damba, tiba waktunya kami pun melanjutkan perjalanan. Akan tetapi kembali kami dibuat terkejut, beberapa pria paruh baya mengeluarkan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu kemudian memainkannya sebagai pengiring perjalanan pulang kami.
Sungguh sebuah kesempatan yang istimewa, mencicipi warisan leluhur Suku Lio di Dusun Toba tempat warisan itu terus dijaga.
Diposting oleh: Admin Web, 08 Apr 2021
Media Sosial
Statistik Pengunjung
- Pengunjung Hari Ini: 24
- Pengunjung Kemarin: 41
- Total Pengunjung: 83583