‘‘Secangkir Kopi Sejuta Makna’’ Pameran UMKM dan Benchmarking Kemitraan Lingkungan di Bali

Kawasan konservasi memiliki fungsi 3P, yaitu perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan, namun sekarang ini nilai fungsi tersebut berkembang dengan adanya 1 nilai tambah yang tidak kalah penting, yaitu pemberdayaan. Keberadaan kawasan konservasi tidaklah lepas dari peranan masyarakat baik yang ada didalam maupun diluar kawasan konservasi. Banyak yang menggantungkan hidupnya dari sumberdaya yang ada di dalam kawasan konservasi, namun hal tersebut tidak dapat dibiarkan apabila terus menerus terjadi, kerusakan kawasan ataupun deforestasi akan terjadi apabila masyarakat masih terus mengambil sumberdaya yang ada di alam, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan UMKM untuk masyarakat sekitar.

Masyarakat memiliki andil yang besar dalam pengelolaan kawasan, terutama pada pemanfaatan jasa wisata alam. Di kawasan TN Kelimutu sendiri telah dibentuk kelompok UMKM yang terdiri atas berbagai usaha yang dijalani oleh kelompok masyarakat di sekitar kawasan TN Kelimutu berupa usaha souvenir, makanan ringan, jasa wisata, pertanian organik hingga produk Hasil Hutan Bukan Kayu yaitu kopi. Untuk meningkatkan dan memulihkan kembali perekonomian masyar- akat terutama pelaku UMKM yang terdampak pandemi Covid-19, TN Kelimutu mengikuti gelaran pameran dengan tema Pameran Produk Unggulan, Perdagangan, Investasi dan Pariwisata.

Gelaran pameran ini menjadi daya tarik tersendiri terutama untuk para pelaku UMKM yang tengah berjuang bertahan dalam masa pandemi ini, dimana sangat berdampak pada perekonomian mereka. Daya tarik lainnya adalah, pameran ini diikuti oleh berbagai daerah di Indonesia, seperti Kabupaten Pasuruhan Jawa Timur,, Kabupaten Lahat Sumatera Utara, hingga Dinas Provinsi Kalimantan Timur.

TN Kelimutu sendiri mengikuti pameran dengan mengajak serta pelaku UMKM Kelimutu, yaitu Ferdianus Rega yang merupakan ketua UMKM Kelimutu dibidang pengolahan kopi, selain itu produk produk yang dibuat oleh pelaku UMKM lain juga dititipkan untuk nantinya dijual kepada pengunjung pameran antara lain berbagai macam souvenir edelweis, kain tenun dan selendang tenun, kerajinan tangan berupa gelang, kalung dan anting serta pupuk cair organik yang berbahan dasar kirinyuh. Ramai sekali pengunjung yang datang ke stand kelimutu, yang datangpun juga dari berbagai kalangan, mulai dari para pengunjung mall biasa, para pecinta kopi, pelaku UMKM yang sedang mencari mitra untuk bisa diajak bekerja sama hingga orang-orang asli flores yang rindu dengan suasana dan citarasa Ende, dimana stand TN Kelimutu didesain menyerupai rumah adat suku Ende-Lio dengan beratapkan jerami dan tiang bambu dan dalam pembuatan stand menggunakan bahan yang ramah lingkungan tanpa strefofoam ataupun bahan plastik.

Design stand serta stand guide yang ramah, membuat para pengunjung betah berlama - lama untuk mengetahui lebih dalam tentang kawasan TN Kelimutu, bahwa Kelimutu bukan hanya tentang keindahan danaunya saja, namun potensi adat budayanya juga sangat menarik untuk diketahui terutama tentang filosofi yang terdapat pada tiap helaian kain tenunnya. Produk-produk yang dibawa ke lokasi pameran untuk dijual maupun diperkenalkan ke pengunjung juga menarik perhatian sehingga banyak produk yang laku terjual, dimana hal tersebut dapat membantu para pelaku UMKM yang telah menitipkan dagangannya terutama untuk produk kopi, karena kopi kelimutu memiliki cita rasa yang berbeda dengan kopi dari daerah lain di dataran Flores. Kopi Kelimutu, merupakan panenan dari ketinggian >1.200 mdpl yang dipetik dari Desa Demulaka dan Desa Toba yang memiliki rasa dan aroma khas, selain kopi ada juga teh cascara yang terbuat dari kulit kopi yang dikeringkan sehingga menciptakan citarasa teh yang bearoma kopi sangat khas dan enak tidak membuat kembung, sehingga produk ini sangat cepat laku.

Di akhir acara, terdapat penilaian stand terbaik, dari 30 peserta TN Kelimutu mendapatkan Juara Harapan 2 dan mendapatkan sertifikat serta piagam. Wah, tidak sia-sia yaa jauh-jauh terbang dari Ende ke Denpasar, setidaknya tim mendapatkan hasil yang tidak mengecewakan.

Setelah selesai melaksanakan pameran, tim melakukan kegiatan studi banding (benchmarking) ke Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Jawa Bali dan Nusa Tenggara, dengan mendatangi Hutan Desa Wanagiri di Kabupaten Buleleng. Hutan Desa Wanagiri telah dikenal luas sebagai kelompok kemitraan yang berhasil mengembangan kopi wanagiri sebagai produk unggulannya, kopi ini merupakan kopi organik yang ditanam pada ketinggian 900 – 1.200 mdpl dengan luas 250 Ha dan dikelola oleh kelompok tani hutan dan kelompok wisata. Pada kesempatan ini, pertukaran informasi sangatlah penting karena keberhasilan kopi wanagiri telah mampu mendatangkan wisatawan untuk berkunjung ke Desa Wanagiri hingga mampu memberikan wisata edukasi tentang kopi.

Kopi wanagiri ini sangatlah nikmat apalagi apabila diminum dengan suasana Desa Wanagiri yang sejuk dan berkabut, san- gat khas terutama karena curah hujan yang tinggi didaerah tersebut membuat kopi meru- pakan minuman wajib untuk menghangatkan badan. Kopi wanagiri yang dikembangkan ini merupakan hasil budidaya kelompok binaan BPSKL Wilayah Jabalnusra yang mungkin nantinya juga dapat dikembangkan di wilayah TN Kelimutu, terutaman pada Desa Saga dan Desa Niowula yang sedang dalam tahappenyusunan menuju desa kemitraan konservasi.

Diposting oleh: Admin Web, 26 Apr 2021

Media Sosial


Statistik Pengunjung

  • Pengunjung Hari Ini: 78
  • Pengunjung Kemarin: 75
  • Total Pengunjung: 78578