Pengembangan Pertanian Organik di Desa Penyangga Taman Nasional Kelimutu
Salah satu permasalahan dalam pengelolaan kawasan TN Kelimutu adalah adanya tumbuhan gulma hutan (Invasif Alien Species) Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium) yang telah menyerang lebih dari 300 Ha dari 5000 Ha kawasan. Tumbuhan ini sulit diberantas dan telah merubah beberapa bentang dari ekosistem taman nasional. Salah satu strategi dari pemberantasan jenis invasif asing ini di TN Kelimutu adalah dengan mengembangkan pemanfaatan dari tumbuhan ini bagi masyarakat untuk meningkatkan frekuensi dan intensitas pemberantasan bersama masyarakat.
Berangkat dari hal tersebut, Balai TN Kelimutu mengajak ahli pertanian dari Universitas Nusa Cendana untuk mengembangkan pupuk cair organik berbahan baku Kirinyuh. Mengingat bahwa kawasan TN Kelimutu yang dikelilingi 24 desa penyangga yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dimana pertanian yang dilakukan masih mengandalkan pupuk kimia yang tidak mudah pula untuk didapatkan di pasaran.
Pengembangan pupuk cair organik ini telah dilakukan sejak tahun 2018 kepada beberapa petani di sekitar kawasan, adapun uji coba dan pendampingan penggunaan pupuk organik dilakukan pada Kelompok Tani Rimbawan yang berada di desa Nduaria Kecamatan Kelimutu.
Penggunaan pupuk cair organik ini telah dilakukan pada beberapa tanaman pertanian seperti kol, sawi, cabai, bawang merah dan tomat dengan hasil yang memuaskan. Saat ini penggunaan pupuk cair organik Nduari telah mulai dimanfaatkan oleh beberapa desa lain untuk mengembangkan pertanian organik seperti Desa Wiwipemo, Woloara dan Pemo.
"Pupuk Organik berbahan dasar Kirinyuh luar biasa, sangat cocok pada tanaman sayuran, umbi-umbian, bawang, jahe, dan sebagainya. Keunggulan lain dari Pupuk Organik ini adalah walaupun ditanam pada siang hari tanaman tetap tumbuh dan hidup, selain itu pertumbuhannya sangat bagus karena dari 800 tanaman Sawi miliknya menunjukkan hasil yang memuaskan, tanaman yang siap dipanen semuanya terlihat berwarna hijau segar. Selain itu, jika dibandingkan antara kacang panjang hasil panen dengan menerapkan pertanian organik ini memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan kacang panjang yang dipupuk menggunakan pupuk kimia", ungkap Bapak Louyz ketua Kelompok Tani Muriwalo Desa Woloara.
Keberadaan pupuk organik ini sangat membantu para petani disekitar kawasan TN Kelimutu, dengan harga Rp 50.000 / 1 jerigen atau 5 liter masyarakat dapat menghasilkan produk organik sebanyak 1000 tanaman Sawi Putih dengan luas kebun 10 are dapat menghasilkan dengan harga jual lebih tinggi. Misalnya sayur sawi biasa (dengan pupuk kimia) dihargai Rp 5000/kg sedangkan sayur sawi organik seharga Rp 8000/kg, bawang merah organik dihargai Rp 30.000/kg sedangkan bawang merah biasa Rp 15.000-20.000/kg. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas bahan organik dalam tanah. Selain itu produk organik lebih sehat bagi tubuh dan yang juga tidak kalah penting produk-produk sehat organik dapat menjadi unsur penunjang daya tarik wisata di TN Kelimutu.
Diposting oleh: Admin Web, 27 May 2020
Media Sosial
Statistik Pengunjung
- Pengunjung Hari Ini: 24
- Pengunjung Kemarin: 41
- Total Pengunjung: 83583