Pelatihan Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Taman Nasional Kelimutu
WOW,VERY NICE! Ungkapan seorang turis asal Swedden bernama Henrik pada saat simulasi jalur trekking di Wologai Tengah.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang mandiri berbasis pembangunan kehutanan, diperlukan kegiatan pemberdayaan masyarakat . Untuk mencapai suatu keberhasilan pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan upaya-upaya yang strategis, seperti meningkatkan kapasitas masyarakat sasaran , membangun dan mengembangkan kelembagaan masyarakat, serta membangun jejaring kerja ,informasi, kemitraan dan edukasi. Ruang lingkup kegiatan pemberdayaan masyarakat desa penyangga adalah dengan pembentukan,penumbuhan, pengembangan dan pemantapan kelompok, pelatihan, pendampingan, pertemuan-pertemuan kelompok dengan intansi terkait, pembinaan kepada penyuluh pendamping serta supervisi, monitoring, dan evaluasi kegitan.
Orientasi pembangunan kehutanan telah mengalami pergeseran yaitu yang semula berorientasi pada produksi kayu dan kurang melibatkan masyarakat, menjadi lebih berorientasi pada pengelolaan ekosistem sumber daya hutan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat. Pengembangan wisata alam dalam kerangka mewujudkan pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat.
Industri pariwisata di Pulau Flores khususnya di Kabupaten Ende diperkirakan akan terus berkembang dengan pesatnya. Perkembangan di sektor pariwisata ini memunculkan berbagai macam konsep, salah satunya adalah ekowisata yang mengedepankan peran masyarakat dalam membangun wisata yang ada di wilayahnya sendiri. Ekowisata yang berbasis masyarakat ini merupakan suatu bentuk kegiatan wisata dengan menyuguhkan wisata yang alami dan dikelola dengan pendekatan konservasi dan mengedepankan kesejahteraan masyarakat setempat. Masyarakat menjadi basis utama dalam pengembangan konsep ekowisata. Dari defenisi ini didapatkan poin penting yaitu konservasi dan kesejahteraan. Ekowisata bila ditinjau dari perannya dalam hal konservasi berarti lebih menjurus pada kelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Sedangkan jika berbiacara tentang kesejahteraan maka berkaitan erat dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang berujung pada peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan masyarakat dirasa sangat penting dan menjadi tujuan utama dalam menjalankan konsep ekowisata. Dengan adanya Ekowisata menjadi stimulan pertumbuhan ekonomi lewat usaha kreattif yang dihasilkan. Akan tetapi harus memperhatikan sumber daya alam dan budaya masyarakat dengan tetap menjaga kelsetariannya.
Sangat disayangkan jika ekowisata ini tidak dijalankan di Taman Nasional Kelimutu khususnya di desa-desa penyangga seperti Wologai Tengah. Mengingat Taman Nasional Kelimutu menjadi tujuan berwisata bagi semua kalangan baik domestik maupun mancanegara. Tingkat kunjungan di Taman Nasional Kelimtu yang Meningkat dari tahun ke tahun merupakan peluang yang besar dalam pengembangan ekowisata, karena kebanyakan wisatawan lebih senang berkunjung ke daerah-daerah yang masih alami baik kebudayaan maupun alamnya sendiri.
Sebelum konsep Ekowisata ini dijalankan perlu ada penguatan pengetahuan terutama bagi masyarakat , karena masyarakat yang memegang kendali utama dalam ekowisata. Merujuk pada defenisi di atas Balai Taman Nasional Kelimutu mengadakan kegiatan “Pembinaan Masyarakat Daerah Penyangga dan Pelatihan Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Taman Nasional Kelimutu. Kegiatan Pembinaan dan pelatihan ini diadakan pada tanggal 21-31 Mei 2018 bertempat di Kantor Seksi PTN Wilayah II Detusuko Kabupaten Ende. Tujuan dari kegiatan ini untuk memberi pemahaman mengenai konsep, potensi, sarana dan prasarana pendukung ekowisata berbasis masyarakat dan memahami potensi,kondisi,tantangan dan harapan pada pengelolaan ekowisata. Kegiatan pembinaan dan pelatihan ini diikuti oleh total 30 peserta terdiri atas Kelompok SPKP ( Sentra Penyuluh Kehutanan Pedesaan), Masyarakat Mitra Polhut (MMP), dan beberapa perwakilan masyarakat desa penyangga di Taman Nasional Kelimutu (Wologai Tengah, Niowula, Saga,Sokoria, Waturaka dan Pemo). Narasumber dan pelatih dalam kegiatan ini merupakan para praktisi ekowisata M Nurdin Rajak, Mamuk Ismuntoro dan Risma Restyana Putri selain dari Balai Taman Nasional Kelimutu sendiri. Kegiatan Pembinaan dan Pelatihan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Balai Taman Nasional Kelimutu yaitu Bapak Persada Agussetia Sitepu, S.Hut, M.Si. kegiatan dan materi yang dilatih adalah penyusunan jalur dan paket wisata, pelatihan interpreter dan SOP pelayanan prima, tata kelola homestay, penataan higienis dan sanitasi dan promosi offline dan online. Selain itu dilakukan juga kegiatan simulasi praktek pemanduan di jalur trekking yang akan dikembangkan dan objek-objek wisatanya dengan langsung membawa wisatawan asing. Dan sudah terbentuknya kelompok ekowisata yaitu Nua Kita Ecotourism yang sudah memiliki Strukur Organisasi,tugas pokok dan fungsi serta SOP dari masing masing Divisi (Divisi kepemanduan, tour, pengembangan produk ekowisata, akomodasi dan marketing) yang nantinya akan mengembangkan ekowisata di desanya masing-masing.
Inisiasi ekowisata berbasis masyarakat merupakan salah satu kegiatan utama pada program ini dengan mengedepankan keadilan dan berkelanjutan. Dan menjadikan kegiatan ini sebagai sumber penghasilan alternatif bagi masyarakat desa penyangga Taman Nasional kelimutu. Terbentuknya ekowisata ini diharapkan dapat terbangunnya kemandirian ekonomi yang mengarah pada penurunan karbon dan perubahan kualitas hidup masyarakat. Di dalam pemanfaatan dan pengelolaan ekowisata diharapkan dapat dipergunakan untuk pendekatan pelestarian.selain itu agar mampu mempertahankan budaya lokal. Ekowisata berbasis masyarakat memerlukan peran aktif masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan usaha ekowisata. Maka aspek kunci pada ekowisata berbasis masyarakat meliputi :
- Masyarakat membentuk lembaga pengelola ekowisata dengan dukungan dari pemerintah maupun pihak lain,
- Pengelolaan dan kepemilikan sarana dan prasarana dan kawasan wisata oleh masyarakat setempat,
- Sarana dan prasarana tidak mengganggu ekosistem dan diupayakan menggunakan bahan lokal,
- Adanya peningkatan kapasitas yang berkala bagi pengelola ekowisata, dan
- Membangun kemitraan dengan para pihak-pihak terkait.
Inilah kunci dalam pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di desa – desa penyangga Taman Nasional Kelimutu. Balai Taman Nasional Kelimutu telah melakukan identifikasi awal terkait potensi dan tantangan ekowisata berbasis masyarakat. Dari kegiatan identifikasi yang dilakukan memberikan rekomendasi diantaranya adalah
- Daerah Penyanggah Taman Nasional Kelimutu memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata berbasis masyarakat
- Pengembangan kawasan dan produk ekowisata ditujukan untuk meningkatkan apresiasi dan partisipasi masyarakat lokal, wisatawan nusantara dan mancanegara pada alam dan budaya lokal sekaligus untuk meningkatkan ekonomi lokal,
- Merekomendasikan pemerintah daerah dan Balai Taman Nasional Kelimutu untuk menyusun dan mengeluarkan kebijakan yang mendukung peran serta masyarakat dalam pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat.
Dalam kegiatan pelatihan ini diharapkan semua pihak terutama pelaku ekowisata untuk tetap mengedepankan pelestarian lingkungan dan kearifan lokal serta mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.
Dari rangkaian kegiatan yang telah dilakukan diharapkan masyarakat sekitar kawasan dapat lebih berdaya dengan mengembangkan ekowisata di desa masing-masing sesuai potensinya sehingga mendukung dalam pengembangan wisata alam di Taman Nasional Kelimutu, dimana hal ini sesuai dengan role model Taman nasional Kelimutu , yaitu “ Manajemen Pengunjung dan Diversifikasi Kunjungan Wisata Terpadu dengan Budaya”.
Diposting oleh: Admin Web, 30 Oct 2019
Media Sosial
Statistik Pengunjung
- Pengunjung Hari Ini: 27
- Pengunjung Kemarin: 41
- Total Pengunjung: 83586