Menikmati Keindahan Bunga Edelweis dan Stroberi di Taman Nasional Kelimutu
Ada hal baru bila kita mengunjungi kawasan Taman Nasional (TN) Kelimutu terletak di wilayah Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk menarik minat pengunjung, Pengelola TN Kelimutu terus melakukan berbagai inovasi dengan menyediakan aneka wisata di beberapa desa penyangga dan di dalam kawasan.
Salah satu yang menarik untuk dikunjungi yakni kebun bunga edelweis yang berjarak sekitar dua km sebelum lokasi Danau Kelimutu. Berada persis di sebelah barat jalan raya, kebun Edelweis pun mudah ditemui.
Saat berbincang dengan Mongabay Indonesia di lokasi kebun bunga edelweis Rabu (13/1/2021), Yohanes R. Saleh ketua kelompok masyarakat Tuke Du, Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, mengaku menanam Edelweis Oktober 2018 bersama pengelola TN Kelimutu. Jhon sapaan karibnya bertutur, awalnya TN Kelimutu melakukan pembibitan dan membagikan kepada kelompoknya sebanyak 9 ribu anakan. Bersama 10 anggota kelompok, dirinya melakukan penanaman namun dalam perjalanannya hanya sekitar 6 anggota saja yang aktif. “Kalau dihitung menggunakan global positioning system (GPS) luas lahannya 0,22 hektare. Tapi kalau menggunakan meteran luasnya sekitar 0,5 hektare. Kami baru menanam sekitar bulan April 2020 lalu,” katanya.
Lahan yang digunakan untuk menanam edelweis merupakan tanah warisan orang tuanya. Ia mengaku butuh waktu 6 bulan untuk tumbuhan edelweis bisa berbunga sehingga mulai dikunjungi wisatawan. Wisatawan datang bukan saja ingin melihat bunga edelweis yang biasanya ada di puncak gunung, tetapi diberikan kesempatan untuk berfoto di dalam lahan kebun yang dipenuhi edelweis yang berbunga lebat. “Saya menarik retribusi Rp5 ribu untuk setiap pengunjung. Saya juga menjual setangkai bunga edelweis berukuran besar seharga Rp25 ribu sebab banyak yang tertarik membawanya,” ungkapnya. John mengaku menyediakan pembibitan juga sebab dipergunakan untuk mengganti edelweis yang mati. Perawatan rutin dilakukannya terutama saat musim hujan dimana bunganya mengalami kerusakan. “Saya harus rutin melakukan pemangkasan saat musim hujan agar bisa tumbuh tunas baru. Setiap hari saya juga melakukan pembersihan rumput ilalang yang tumbuh dan mengganti bibit yang mati,” ungkapnya
Bunga Abadi
TN Kelimutu merupakan kawasan taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan, SK No.279/Kpts-II/92 dengan luas ± 5.000 hektar. Pada tahun 1997 ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dengan SK No. 675/Kpts-II/97 dengan luas 5.356,5 hektar dengan garis batas total sepanjang 48,4 km terdiri dari 241 pal batas hutan kawasan yang membatasi TN Kelimutu dengan 24 desa di lima wilayah kecamatan di Kabupaten Ende. TN Kelimutu terkenal dengan Danau Tiga Warnanya yakni Tiwu Ata Mbupu yang dipercaya sebagai danau tempat jiwa orang tua yang sudah meninggal yang biasanya berwarna biru. Dua danau lainnya Tiwu Nuwa Muri Koo Fai yang berarti danau tempat bersemayamnya para jiwa muda mudi dan Tiwu Ata Polo atau tempatnya jiwa orang-orang meninggal yang semasa hidupnya sering melakukan kejahatan.
Staf Balai TN Kelimutu, Laela Nurahma menjelaskan bahwa Balai TN Kelimutu terus berinovasi dan menyiapkan wisata penyangga di sekitar kawasan wisata Danau Kelimutu. Laela mengatakan selain memberdayakan desa-desa penyangga, TN Kelimutu juga memberdayakan kelompok masyarakat untuk menciptakan spot wisata guna memikat wisatawan yang berkunjung. “Bunga edelweis tergolong tumbuhan endemik sebab tanaman ini hanya tumbuh di satu tempat dan tidak ada di tempat lain. Bunga Edelweis sendiri tumbuh di daerah pegunungan,” ucapnya.
Khusus di TN Kelimutu, jelas Laela, pengembangan edelweis dimulai sejak tahun 2018. Saat itu, tim Balai TN Kelimutu melakukan studi banding di TN Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan dilanjutkan dengan pelatihan budidaya edelweis di Ende oleh TNBTS. Setelah dilakukan uji coba, ucapnya, edelweis sudah bisa dikembangkan hingga pihaknya pun mengajarkan kepada masyarakat di sekitar kawasan TN Kelimutu. Ia menerangkan, baru tahun 2020, TN Kelimutu mengembangkan kebun demplot Edelweis seluas 0,22 hektare bersama masyarakat. Kebun edelweis tersebut dikelola oleh kelompok masyarakat Tuke Du di Desa Pemo. “Bunga edelweis yang tumbuh di Kelimutu adalah jenis Anapholis longifolia yang merupakan perdu kecil dengan tinggi berkisar 70 sentimeter. Tanaman ini tumbuh di daerah terbuka di ketinggian seputaran kawasan pegunungan di Jawa sampai Nusa Tenggara,” jelasnya. Bunga edelweis biasa sebagai perlambang cinta abadi. Jenis tumbuhan yang dilindungi ini menurutnya sekarang sedang dikembangkan sebagai plasma nutfah dan dibudidayakan di desa penyangga oleh TN Kelimutu. “Edelweis identik dengan bunga abadi karena bunga ini tahan lama setelah dipetik. Bunga edelweis bisa tahan hingga 10 tahun setelah dipetik apabila sudah dikeringkan sehingga dikatakan bunga abadi,” tuturnya. Laela mengakui pengembangan edelweis selain berdampak dari sisi wisata, juga jadi alternatif peningkatan ekonomi masyarakat. Menurutnya, masyarakat bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari budidaya tamanan khas pegunungan ini.
Kebun Stroberi
Persis bersebelahan jalan dengan kebun bunga edelweis terdapat kebun stroberi dengan luas 0,5 hektare. Buah-buah stroberi berwarna merah terlihat menyembul di balik dedaunan hijau. Lokasi agro wisata ini, jadi satu paket dengan kebun edelweis. Wisatawan hanya perlu sekali membayar tiket masuk Rp5 ribu untuk bisa menikmati keindahan keduanya. “Wisatawan boleh memetik stroberi sepuasnya dan saya menjualnya dengan harga Rp10 ribu per onsnya. Bila kunjungan wisatawan meningkat maka saya akan lakukan pengembangan lahan,” ucap Jhon. Sama seperti bunga edelweis, Jhon pun harus rutin melakukan pemangkasan tanaman stroberi. Buah stroberi bisa dipanen setelah 4 bulan ditanam menggunakan bibit. Sementara dengan stek butuh waktu 2 bulan saja sudah berbuah. Jhon menjelaskan, bila menggunakan stek tanaman stroberi lebih cepat mati dibandingkan ditanam menggunakan pembibitan. Stroberi bisa bertahan hingga umur dua tahun lalu mati namun berbuah rutin setiap harinya. “Saya juga membuat sebuah tempat untuk spot foto berbentuk bulat di atas pohon cemara menggunakan tiang kayu.Pengunjung bisa berdiri di atasnya sambil berfoto dengan latar belakang Gunung Kelibara dan kabut di seputar Gunung Kelimutu,” ucapnya. Pandemi Corona kata Jhon mengakibatkan kunjungan wisatawan ke TN Kelimutu berkurang. Namun dirinya optimis wisatawan akan membludak apabila pandemi Corona berakhir sehingga dia tetap merawat dan memperluas kebun bunga Edelweis dan kebun buah stroberi miliknya.
Seorang pengunjung asal Kota Ende, Mersiana yang ditemui Mongabay Indonesia di lokasi kebun stroberi mengatakan tertarik mengunjungi kebun bunga edelweis dan kebun stroberi setelah mendapatkan informasi dari temannya yang sebelumnya berkunjung. Mersiana pun mengaku puas mengunjungi lokasi wisata ini setelah bersantai di Danau Kelimutu sebab tempatnya sejuk dan berkabut saat sore hari. Selain itu, biaya masuknya pun murah dan ada spot-spot foto menarik yang disiapkan pengelolanya. “Bisa menjadi tempat wisata alternatif setelah mengunjungi Danau Kelimutu. Saya bersyukur bisa mengunjungi tempat ini saat pandemi Corona karena tidak banyak pengunjung agar bisa bersantai lebih lama dan menikmati kesejukan dan keindahan tempat ini,” pungkasnya.
Diposting oleh: Admin Web, 25 Jan 2021
Media Sosial
Statistik Pengunjung
- Pengunjung Hari Ini: 5
- Pengunjung Kemarin: 43
- Total Pengunjung: 81877